Search This Blog

Wednesday, 27 August 2025

Jenis-jenis penyakit 'Ain dan cara pengobatannya

Berikut rangkuman jenis-jenis “penyakit ‘ain” yang sering disebut dalam literatur ruqyah: ‘ain, hasad, nafs, nadzrah, saf’ah, dan ghibtah—dengan definisi, dalil, contoh, kisah islami, serta cara mengatasinya.

1) ‘Ain (العَيْن)

Definisi: Dampak buruk karena pandangan mata—biasanya disertai kekaguman atau iri—yang mengenai orang lain (atau diri sendiri) sehingga menimbulkan gangguan.

Dalil:

Nabi ﷺ bersabda: “Al-‘aynu haqqun (ain itu benar adanya).” (HR. Bukhari & Muslim)

Nabi ﷺ juga bersabda: “Tidak ada ruqyah kecuali pada ‘ain atau (sengatan) racun.” (HR. Bukhari)

Isyarat Al-Qur’an: “Dan sungguh orang-orang kafir itu hampir-hampir menjatuhkanmu dengan pandangan mereka…” (QS. Al-Qalam 68:51)


Kisah:
Peristiwa Sahl bin Hunaif terkena ‘ain setelah dipuji oleh ‘Amir bin Rabi’ah; Nabi ﷺ memerintahkan ‘Amir berwudhu/mandi, lalu airnya dituangkan ke Sahl dan Sahl pun sembuh. (HR. Malik, an-Nasa’i, Ahmad)

Contoh:
Anak tiba-tiba lemas setelah dipuji berlebihan; pedagang sehat tapi usahanya drop mendadak setelah banyak “mata” kagum tanpa doa.

Cara Mengatasi:

Ruqyah syar’iyyah: Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas (3× pagi–petang), Ayat Kursi (2:255), 2 ayat terakhir Al-Baqarah (2:285–286) malam hari.

Meminta pelaku ‘ain berwudhu/mandi, lalu airnya dituang ke yang terkena dari belakang kepala (sesuai kisah Sahl).

Ucapkan doa barakah saat melihat yang bagus: “اللهم بارك” / “Mā syā’ Allāh, lā quwwata illā billāh” (QS. Al-Kahf 18:39).

Jaga adab menampakkan nikmat, tidak berlebihan pamer.



---

2) Hasad (حَسَد)

Definisi: Iri dengki—mengharap nikmat orang lain hilang atau berpindah kepadanya.

Dalil:

“Dan dari kejahatan pendengki ketika ia dengki.” (QS. Al-Falaq 113:5)

“Apakah mereka dengki kepada manusia karena karunia yang Allah berikan?” (QS. An-Nisa’ 4:54)

Nabi ﷺ: “Jangan saling hasad….” (HR. Muslim)


Kisah:

Saudara-saudara Nabi Yusuf yang iri kepadanya (QS. Yusuf).

Qabil membunuh Habil karena dengki (riwayat para mufassir dari QS. Al-Ma’idah 5:27–31).


Contoh:
Rekan kerja tak suka melihat kolega naik jabatan; berharap kolega gagal.

Cara Mengatasi (tazkiyah hati):

Tobat, syukur, dan ridha atas takdir.

Doakan keberkahan bagi yang diberi nikmat (balikkan hasad jadi doa).

Perbanyak dzikir-pagi-petang, sedekah, dan tahan lisan dari ghibah/fitnah.

Baca Al-Falaq & An-Nas untuk meminta perlindungan dari hasad.



---

3) Nafs (النَّفْس) — ‘Ain dari diri sendiri

Definisi: Gangguan ‘ain yang bersumber dari kekaguman pada dirinya sendiri (atau miliknya) tanpa menyebut barakah.

Dalil:

Nabi ﷺ: “Jika salah seorang dari kalian melihat (pada) dirinya, hartanya, atau saudaranya sesuatu yang mengagumkan, hendaklah ia mendoakan keberkahan.” (HR. Malik, Ahmad)

Anjuran mengucap “Mā syā’ Allāh…” saat melihat nikmat (QS. Al-Kahf 18:39).


Contoh:
Seseorang memuji dirinya di cermin atau hartanya tanpa menyebut barakah; setelah itu alami gangguan mendadak (pusing, lesu, rewel pada anak, dsb.).

Cara Mengatasi:
Sama dengan ‘ain—ruqyah, doa barakah, adab tidak ujub/pamer, dan muhasabah.


---

4) Nadzrah/Nazrah (نظرة)

Definisi: Pandangan kekaguman (netral) yang bisa menjadi sebab ‘ain jika tidak disertai doa barakah.

Dalil & Kisah:
Sejalan dengan dalil pada Nafs dan kisah Sahl bin Hunaif—solusinya adalah mengucap barakah agar kekaguman tidak berubah menjadi ‘ain (HR. Malik, Ahmad; QS. Al-Kahf 18:39).

Contoh:
Melihat bayi lucu/rumah indah; cukupkan dengan “Allāhumma bārik” agar aman dari ‘ain.

Cara Mengatasi:
Biasakan tasymiyah/doa barakah saat memuji; ruqyah jika sudah terkena.


---

5) Saf’ah (صفعة)

Definisi bahasa: Tamparan.
Penggunaan dalam dunia ruqyah: Istilah non-standar klasik yang dipakai sebagian peruqyah untuk menyebut ‘ain yang “menghantam” tiba-tiba (efeknya seperti “tamparan”: pusing/limbung mendadak). Tidak ada bab fikih klasik khusus bernama “saf’ah”, namun hakikat gangguannya kembali ke ‘ain/hasad.

Dalil:
Kembali ke dalil ‘ain di atas (HR. Bukhari-Muslim; QS. 68:51).

Contoh & Cara Mengatasi:
Gejala datang mendadak setelah dipandang/dipuji → ruqyah, doa barakah, mandi pelaku ‘ain bila diketahui.


---

6) Ghibtah (غِبْطَة)

Definisi: Iri positif—mengharap punya seperti nikmat orang lain tanpa ingin nikmat itu hilang darinya. Boleh bahkan terpuji jika untuk ketaatan.

Dalil:
Nabi ﷺ bersabda: “Tidak ada (ghirah/iri) yang dibolehkan kecuali pada dua hal: (1) seseorang yang Allah beri Al-Qur’an lalu ia membacanya siang-malam, (2) seseorang yang Allah beri harta lalu ia infakkan siang-malam.” (HR. Bukhari & Muslim)

Contoh:
Melihat penghafal Qur’an lalu ingin ikut hafal; melihat dermawan lalu ingin ikut dermawan.

Cara Mengamalkannya:
Jadikan motivasi, bukan dengki. Doakan kebaikan untuknya dan tirulah amalnya.


---

Protokol Perlindungan & Terapi (ringkas & praktis)

1. Dzikir pagi–petang (minimal):



Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas masing-masing 3× pagi dan petang.

Ayat Kursi (2:255) setelah shalat fardhu & sebelum tidur.

Akhir Al-Baqarah (2:285–286) setiap malam.

Doa: “Bismillāhilladzī lā yadurru ma‘asmihi syai’un fil-ardi wa lā fis-samā’ wa huwa as-Samī‘ul-‘Alīm” (3× pagi & petang) – HR. Tirmidzi.


2. Adab saat memuji/menunjukkan nikmat:
Ucap “Allāhumma bārik” atau “Mā syā’ Allāh, lā quwwata illā billāh” (QS. 18:39). Kurangi pamer publik (termasuk medsos), tutup aurat, dan jaga hijab (bagi yang diwajibkan).


3. Ruqyah syar’iyyah (mandiri):



Baca surat-surat ruqyah di atas, tiupkan pada telapak tangan & usapkan ke tubuh (seperti sunnah Rasul ﷺ).

Air ruqyah: bacakan ayat-ayat ruqyah ke air, lalu minum & mandi dengan niat syifa’.


4. Mandi pelaku ‘ain (jika diketahui):
Minta ia berwudhu/mandi; air bekas wudhu/mandinya ditampung lalu dituangkan ke yang terkena—dimulai dari belakang kepala (sesuai hadis Sahl bin Hunaif).


5. Perbanyak amal pelindung:
Sedekah, shalat malam, shaum sunnah, tawakkal. Hindari jimat/tangkal:
Nabi ﷺ: “Barangsiapa menggantungkan tamimah (jimat), sungguh ia telah berbuat syirik.” (HR. Ahmad)


6. Catatan bijak:
Gangguan ‘ain bisa beriring dengan faktor fisik/psikologis. Syariat + ikhtiar medis berjalan bersama. Jika gejala fisik serius, periksakan ke dokter di samping ruqyah.




---

Ringkas Pemetaan Istilah

‘Ain: dampak pandangan yang melukai (inti masalah).

Hasad: bahan bakar buruk (‘ingin nikmat orang hilang’).

Nafs: ‘ain dari diri sendiri (ujub/kagum tanpa barakah).

Nadzrah: pandangan kagum; bisa netral → berbahaya jika tanpa barakah.

Saf’ah: istilah ruqyah untuk pukulan/sergapan ‘ain mendadak (non-standar klasik).

Ghibtah: iri terpuji (ingin seperti dia tanpa menafikan nikmatnya).


Berikut saya susun daftar referensi kitab yang membahas tentang ‘Ain dan jenis-jenisnya (ḥasad, nafs, nadzrah, saf‘ah, ghibṭah, dll):

---

📚 Rujukan Kitabnya: 

1. Shahîh al-Bukhârî

Kitab ath-Thibb, Bab al-‘Ain.

Hadits: “Al-‘Ainu ḥaqq (Ain itu benar/ada).”



2. Shahîh Muslim

Kitab as-Salâm, Bab istiḥbâb ar-ruqyah min al-‘Ain.

Hadits tentang Nabi ﷺ terkena ‘Ain dan menganjurkan ruqyah.



3. Sunan Abî Dâwud

Kitab ath-Thibb, Bab al-‘Ain.

Hadits perintah Nabi agar orang yang menyebabkan ‘Ain mandi, lalu airnya digunakan untuk mandi orang yang terkena.



4. Jâmi‘ at-Tirmidzî

Kitab ath-Thibb, Bab mâ jâ’a fi al-‘Ain.

Hadits tentang ruqyah untuk orang yang terkena ‘Ain.



5. Musnad Ahmad bin Hanbal

Banyak riwayat tentang ‘Ain, termasuk hadits: “Seandainya ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, maka sungguh ‘Ain yang mendahuluinya.”



6. Tafsir Ibn Katsîr (QS. al-Qalam: 51)

Menafsirkan ayat: “Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu hampir-hampir menggelincirkanmu dengan pandangan mereka…” — para mufassir menafsirkannya sebagai dalil adanya ‘Ain.



7. Tafsir al-Qurthubî (QS. al-Qalam: 51)

Pembahasan panjang tentang hakikat ‘Ain dan bahayanya.




---

📚 Kitab Ulama Klasik tentang Penyakit Hati & Ain

Ibn Qayyim al-Jauziyyah:

Zâd al-Ma‘âd fî Hadyi Khayril ‘Ibâd (juz 4) → bab khusus tentang ‘Ain, ḥasad, cara pengobatan dengan ruqyah.

Badâ’i‘ al-Fawâid → membahas perbedaan ḥasad, ghibṭah, dan ‘Ain.

Ighâtsah al-Lahfân min Maṣâyid asy-Syaithân → penyakit hati, termasuk hasad & pengaruhnya.


Ibn Hajar al-‘Asqalânî – Fath al-Bârî (syarah Bukhari, Kitab ath-Thibb, bab al-‘Ain).

Al-Dhahabî – Kitâb al-Kabâ’ir → menyebutkan hasad dan ‘Ain sebagai dosa berbahaya.



---

📚 Kitab Kontemporer / Ruqyah

Wahîd ‘Abdus Salâm Bâlî – Wiqqâyah al-Insân min al-Jinn wa asy-Syaithân → ada bab khusus tentang ‘Ain, jenis-jenisnya, gejala, dan pengobatannya.

Abu al-Barâ’ Muhammad Asy-Syiblî – ash-Shihru wa ‘Alâmâtuhu wa ‘Ilâjuhu → bahas tentang ‘Ain, perbedaan dengan hasad, dan cara ruqyah.

‘Umar Sulaimân al-Asyqar – ‘Âlam al-Jinn wa asy-Syaithân → termasuk pembahasan ‘Ain.

Dr. Fadhl Ilahi – al-‘Ain: Haqîqatuhâ, Atsaruhâ, wa ‘Ilâjuhâ → khusus membahas ‘Ain secara ilmiah dan syar‘i.

Shaykh Khalid al-Hibshi – al-‘Ain: Asbâbuhâ wa ‘Ilâjuhâ → menjelaskan praktik ruqyah dan pencegahan dari ‘Ain.



---

📝 Kesimpulan Penting

Dalil utama ‘Ain: QS. al-Qalam:51, hadits-hadits shahih di Bukhari & Muslim.

Jenis ‘Ain:

‘Ain al-Hasad (karena iri dengki).

‘Ain an-Nafs (kekaguman diri sendiri, tidak menyebut barakah).

‘Ain an-Nadzrah (pandangan jahat penuh niat buruk).

‘Ain ash-Saf‘ah (pandangan dari jin).

‘Ain al-Ghibṭah (ingin seperti orang lain tapi tanpa iri).


Pengobatan: ruqyah syar’iyyah, doa, mandi dari bekas wudhu orang yang menimpakan ‘Ain, memperbanyak dzikir & doa barakah.




No comments:

Post a Comment

METODE OLAH NAFAS versi RUQYAH SYAR’I

Berikut METODE OLAH NAFAS versi RUQYAH SYAR’I — aman, tidak ada unsur tenaga dalam, tidak mengundang jin, tidak memakai mantra — namun sanga...